POSO, KONTEKS SULAWESI – Sebelumnya Zoological Community of Celebes (ZCC) Sulawesi Tengah, telah selesai menggelar eksplorasi hewan akuatik (kerang corbicula possoensis) di peraiaran Danau Poso, Desa Dulumai, Kecamatan Pamona Puselemba, Kabupaten Poso. Kegiatan yang sekaligus dirangkaikan dengan Focus Group Disccusion (FGD) tersebut, berlangsung selama empat hari mulai 11-14 April 2025.
Wahyuni selaku leader dan juga anggota dari ZCC Sulawesi Tengah mengatakan, sebelum eksplorasi tersebut dilakukan, pihaknya terlebih dahulu menyiapkan beberapa hal pendukung. Salah satunya, dengan melakukan survei populasi kerang corbicula possoensis dibanyak tempat yang ada di pinggiran Danau Poso, sejak Desember 2024 lalu.
“Kerang corbicula possoensis merupakan kekayaan hayati milik Danau Poso yang mempunyai peranan penting pada ekosistem perariran. Selain sebagai filter feeder (saringan hidup) yang menjaga kejernihan dan kesehatan perairan, kerang ini juga sebagai sumber makanan bagi ikan dan hewan akuatik lainnya,” ungkap Wahyuni melalui pesan tertulisnya, Ahad (4/5/2025).

Sementara, Ketua Divisi Riset ZCC Sulawesi Tengah, Diky Dwiyanto menuturkan, berdasarkan survei awal penelitian yang telah dilakukan pada sejumlah lokasi disekitaran Danau Poso, pihaknya hanya menemukan kelimpahan kerang tertinggi dan didukung oleh tipe substrat yang berupa pasir halus serta berlumpur, berada di Desa Dulumai.
“Desa Dulumai sangat cocok sebagai lokasi pelestarian kerang endemik ini. Sebab, didukung tipe substrat yang berupa pasir halus dan berlumpur. Sehingga, sangat cocok bagi kerang yang memiliki sifat hidup dengan cara membenamkan diri dalam pasir,” ujarnya.
Dia pun menyampaikan, pada hari ini Ahad (4/5/205), ZCC Sulawesi Tengah telah melaksanakan sosialisasi di Desa Dulumai. Sosialisasi itu, bertujuan sebagai upaya penyadartahuan kepada masyarakat lokal terhadap pentingnya menjaga salah satu kerang endemik di Danau Poso.
Pada saat sosialisasi dengan pemdes, masyarakat, dan siswa-siswi Sekolah Dasar Negeri (SDN) Dulumai, pihaknya memaparkan terkait berbagai macam aspek biologi dari kerang endemik tersebut. Meliputi, taksonomi dari hewan ini yang tergolong dalam Kelas Bivalvia (bi=dua, valve=cangkang) dan famili cyprinidae. Selain itu, peranannya dalam ekosistem perairan tawar, distribusinya di Danau Poso, serta apa saja ancaman yang dapat menurunkan populasi di habitat aslinya.
“Kalau dengan siswa-siswi SDN Dulumai, kami ajak untuk ikut bersama-sama melihat langsung kerang endemik ini di habitat aslinya,” kata ia.
Dia pun mengaku, para siswa-siswi merasa sangat antusias dalam mencari kerang endemik tersebut didalam pasir, dengan menggunakan alat snorkel. Disamping itu, Diky juga mengatakan, bahwa Pemdes Dulumai dan masyarakat setempat bersedia ikut andil untuk menjaga kelestarian kerang endemik ini.
Bahkan, ke depannya, kata ia, Pemdes Dulumai juga bersedia untuk memberlakukan Peraturan Desa (Perdes) terkait perlindungan terhadap eksploitasi hewan endemik secara berlebihan, termasuk pencemaran danau yang dapat berkontribusi pada kepunahannya.
“Saat ini, masyarakat Desa Dulumai sudah mengetahui pentingnya upaya konservasi secara umum, terutama dalam hal menjaga ekosistem Danau Poso. Itu dibuktikan, dengan tidak adanya aktivitas yang mencemari danau,” bebernya.
Menurutnya, meskipun demikian, masyarakat masih perlu diberi informasi terkait peranan dan fungsi terkhusus untuk upaya pelestarian kerang endemik tersebut. Hal ini dilakukan, karena masyarakat sudah mengetahui bahwa beberapa hewan termasuk kerang di Danau Poso, banyak yang memiliki prospek sebagai bahan kerajinan tangan dan diyakini sebagai obat.
Olehnya ia berharap kepada masyarakat dan pelajar yang sudah mengenal betapa pentingnya keberadaan hewan endemik ini, agar dapat terus menjaga serta melestarikannya sebagai kekayaan hayati Danau Poso, yang menjadi kebanggaan Sulawesi Tengah khususnya Indonesia.
“Untuk diketahui, kegiatan ini sepenuhnya di inisiasi oleh ZCC yang mendapat dukungan dari Mohammed Bin Zayed (MBZ) Species Conservation Fund. Akan tetapi dalam pelaksanaannya, kami melibatkan pemdes, masyarakat umum, dan juga pelajar. Bahkan, kami turut mengundang berbagai pihak, seperti PT. Poso Energy, sebagai upaya untuk mendiskusikan bagaimana pengaruh operasi bendungan PLTA terhadap fluktuasi level permukaan air danau,” pungkasnya.
Laporan : Basrul Idrus