Transparansi Baru di Desa Sigenti DD 2025 Jadi Contoh, Pemuda Apresiasi Kepemimpinan PJ Kades

oleh -316 Dilihat
oleh
Setiawan, pemuda Desa Sigenti, Kecamatan Tinombo Selatan, Kabupaten Parigi Moutong, yang kini mengapresiasi transparansi penggunaan Dana Desa 2025. Di belakangnya, terlihat proses penimbunan lapangan sepak bola yang dibiayai dari Dana Desa sebesar Rp172 juta. Foto: doc. Konteks Sulawesi
Setiawan, pemuda Desa Sigenti, Kecamatan Tinombo Selatan, Kabupaten Parigi Moutong, yang kini mengapresiasi transparansi penggunaan Dana Desa 2025. Di belakangnya, terlihat proses penimbunan lapangan sepak bola yang dibiayai dari Dana Desa sebesar Rp172 juta. Foto: doc. Konteks Sulawesi

PARIMO, KONTEKS SULAWESI Suara kritik yang dulu menggema dari lapangan desa kini berubah jadi ucapan syukur. Di Desa Sigenti, Kecamatan Tinombo Selatan, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), babak baru pengelolaan Dana Desa (DD) mulai terasa. Setelah tahun lalu diwarnai protes warga soal ketertutupan anggaran, kini pemerintah desa di bawah kepemimpinan PJ Kepala Desa (Kades) Ratna Sintawati, SE menempuh jalan transparansi.

Salah satu buktinya ada di lapangan sepak bola. Tahun anggaran 2025, pemerintah desa mengalokasikan Rp172 juta lebih dari DD untuk penimbunan lapangan sepak bola, dikerjakan langsung oleh Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) Desa. Rencana dan realisasinya diumumkan terbuka, dari papan proyek hingga laporan publik. Sebuah hal yang jarang terjadi di Sigenti beberapa tahun terakhir.

“Dulu kami berteriak karena anggaran seperti hilang di jalan. Sekarang semua bisa dilihat, bisa diawasi. Ini baru namanya perubahan,” kata Setiawan, pemuda yang dulu melakukan  aksi protes soal Dana Desa 2024.

Baca Juga:  Putusan Bebas Kasus Kekerasan Seksual di Parigi Moutong Tuai Protes Keras dari GPB

Setiawan bukan tokoh baru di desa itu. Ia dikenal vokal, kerap mempertanyakan ke mana arah pembangunan berjalan. Kini, nada bicaranya berubah lebih tenang, tapi tidak kehilangan tajamnya kritik. Ia menyebut PJ Kades Ratna sebagai pemimpin yang mau mendengar dan terbuka pada saran masyarakat.

“Transparansi seperti ini yang kami mau. Kalau anggaran jelas, masyarakat juga ikut menjaga. Itu pondasi utama membangun desa,” ujarnya.

Dari kritik ke kolaborasi setahun lalu, Setiawan bersama sejumlah pemuda Sigenti melakukan aksi di depan kantor desa. Mereka menuntut kejelasan penggunaan Dana Desa 2024 yang dianggap tak transparan. Laporan pertanggungjawaban tidak pernah diumumkan, papan proyek jarang terlihat, dan masyarakat merasa tak dilibatkan. Gelombang kecil itu kini berubah arah. Dari protes menjadi partisipasi.

Baca Juga:  Dorong Produktivitas Petani, Richard Serahkan Bantuan Sarana Pendukung Pangan

Ratna Sintawati yang ditunjuk sebagai PJ Kepala Desa membawa semangat baru. Ia membuka akses informasi anggaran, melibatkan warga dalam perencanaan, dan menata ulang administrasi desa. Langkah sederhana tapi berdampak besar.

Bagi Setiawan, perubahan ini bukan sekadar administrasi, melainkan soal kepercayaan.

“Desa kuat itu lahir dari pemimpin yang jujur dan mau dikritik,” katanya.

Potensi dan harapan baru Desa Sigenti memiliki modal alam yang tak kecil. Tanahnya subur, cocok untuk cengkeh, padi, kelapa, kakao, dan sawit. Di pesisir Teluk Tomini, sebagian warganya melaut. Tapi potensi itu, kata Setiawan, tidak akan berkembang tanpa infrastruktur dan dukungan bagi pelaku UMKM.

Baca Juga:  Politisi Sulteng Datangi Kediaman Supratman Usai Dilantik Jadi Menkum HAM

Ia berharap transparansi bukan berhenti pada proyek lapangan sepak bola, tapi juga merambah pada pembangunan ekonomi warga seperti irigasi, pasar desa, dan pelatihan keterampilan.

“Kalau pertanian dan nelayan dikuatkan, Sigenti bisa mandiri,” ujarnya.

Ratna sendiri disebut kerap turun langsung memantau kegiatan desa. Meski baru menjabat, ia dinilai membawa suasana baru di pemerintahan desa, terbuka, sederhana, dan mau berdialog.

Kepemimpinan yang menumbuhkan kepercayaan kini, Setiawan dan para pemuda Sigenti memilih jalur berbeda, bekerja sama dengan pemerintah desa. Mereka ikut dalam kegiatan gotong royong dan ikut memantau program pembangunan. Suatu bentuk kontrol sosial yang lahir dari rasa percaya, bukan kecurigaan.

“Kalau dulu kami menuntut, sekarang kami ikut membantu. Karena pemimpin yang benar itu bikin rakyatnya ikut bergerak,” pungkas Setiawan.

Laporan: Tommy Noho

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *