Bantuan Sentra Nipotowe Pasca Bencana di Parimo Lamban

oleh -401 Dilihat
oleh
Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten Parigi Moutong. Tri Nugrah Adiyartha (Foto: Ist-Konteks Sulawesi)

PARIMO, KONTEKS SULAWESI – Tiga Kecamatan di Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah terdampak bencana banjir sudah satu bulan belum menerima bantuan dari pihak Sentra Balai Nipotowe Palu.

Tri Nugrah Adiyartha selaku Sekretaris Dinas Sosial Kabupaten Parimo yang dikomnfirmasi Via WhatsApp Jumat (21/06/2024) mengakui lambannya respon permintaan bantuan oleh Sentra Balai Nipotowe Palu.

Tri Nugrah menjelaskan, Pengajuan tersebut dilayangkan pada Mei lalu, sementara bantuan diterima pada 15 Juni 2024. Padahal, berdasarkan daftar pengiriman logistik dari Direktorat Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam (Dit PSKBA) Kementerian Sosial Republik Indonesia. Padahal bantuan dari Gudang Sentra Balai Nipotowe Palu ke Dinas Sosial Kabupaten Parimo itu harusnya berstatus darurat.

“Bantuan ini dapat di pastikan secara SOP kebencanaan sudah tidak bisa di sebut sebagai bantuan darurat,” kata Tri Nugrah.

Pasalnya kata dia, dengan rentang waktu satu bulan, bantuan yang disalurkan ke Kecamatan Toribulu, Kecamatan Tinombo, dan Kecamatan Ongka Malino sangat lamban.

Status darurat yang melekat pada bantuan milik Kementerian Sosial RI tersebut diperparah dengan tidak disalurkan secara langsung pada tanggal 15 juni 2024 saat barang tiba.

“Dalam berita acara yang diterima oleh Dinas Sosial Kabupaten Parimo pada 15 Juni 2024, tercatat ada keterlambatan penyaluran selama enam hari sebelum bantuan dapat didistribusikan kepada masyarakat,” jelasnya.

Bantuan darurat ini, baru akan disalurkan pada malam 21 Juni 2024 ke Desa Sienjo, Desa Bainaa Barat, dan Desa Padaelo.

“Pertimbangan sudah dekat waktunya Idul Adha, jadi penyalurannya setelah lebaran,” ujar Tri Nugrah.

Kepala Bidang Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinas Sosial Kabupaten Parimo, Safaat Pampi, mengaku tidak mengetahui pasti kapan bantuan tersebut datang dan kapan akan didistribusikan.

“Untuk penyampaian secara langsung ke saya tidak ada, hanya melihat di grup persiapan mereka menuju lokasi,” terangnya.

Safaat mengaku, kurangnya koordinasi antara staf kepadanya membuat informasi yang diterimanya tidak valid.

Menurutnya secara struktur organisasi dan fungsi jabatan kepala Bidang Linjamsos merupakan pejabat teknhis yang harus secara detail mengetahui data bencana bahkan bantuan yang masuk maupun keluar.

“Beginikan seperti saya bilang dari awal, sudah ada pimpinan yang perintahkan ke tagana untuk apa saya lagi,sudah ada yang lebih di atas yang urus,” pungkasnya.

Laporan: Tommy Noho

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *