Sekretaris LPM Menilai Kinerja Pj Bupati Parimo Banyak Seremonial

oleh -802 Dilihat
oleh
Sekretaris LPM Menilai Kinerja Pj Bupati Parimo Banyak Seremonial
Sekretaris Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Parigi Moutong, Arif Alkatiri menilai penumpukan masalah sampah di dalam hingga di luar Pasar Sentral Parigi, belum terselesaikan selama masa kepemimpinan Richard Arnaldo sebagai Pj Bupati Parigi Moutong. Foto: KONTEKSSULAWESI

PARIMO, KONTEKS SULAWESI Sekretaris Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) Parigi Moutong (Parimo), Sulawesi Tengah, Arif Alkatiri menilai, capaian kinerja Richard Arnaldo sebatas evaluasi dan seremonial sehingga belum menyentuh ke masyarakat.

“Pengamatan saya soal kinerja Pj Bupati, masih seperti yang lalu. Hanya evaluasi, pembukaan (acara) rapat-rapat, dan belum ada yang menyentuh sampai ke masyarakat. Kalau ada, tunjukan ke saya,” tegas Arif Alkatiri, di Parigi, Selasa (11/6/2024).

Kata Arif, bicara soal capaian kinerja tidak perlu dengan hal yang luar biasa, seperti penghargaan Adipura.

Sebab, penumpukan masalah sampah di dalam hingga di luar Pasar Sentral Parigi belum terselesaikan.

Belum lagi, kata dia, masalah pemanfaatan Pasar Sentral Parigi yang hingga kini masih menjadi utang Pemerintah Daerah (Pemda) Parimo di Bank Dunia.

“Bicara satu masalah saja, Pasar Sentral Parigi. Itu sudah luar biasa,” ucapnya.

Ia juga menyebutkan, bahwa kondisi Pasar Sentral Parigi saat ini sangat sepi dari pengunjung, olehnya pedagang memilih berjualan di luar hingga menyebabkan banyaknya bangunan yang tidak terisi.

Sementara pada kawasan lainnya, menurut Arif, masih terdapat pedagang berjualan di pinggiran jalan.

Kemudian dari sisi ekonomi, pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) tumbuh sendiri, tanpa bantuan pemerintah.

“Mereka tumbuh sendiri, karena persoalan ekonomi sulit. Saya contohkan, kontainer akal-akal di pinggir jalan terus tumbuh. Tidak dibantu, apa yang bisa mereka buat, apa saja dijual,” kata Arif.

Bahkan, pada akhir pekan omset pendapatan anjlok, karena banyak orang yang memilih ke Kota Palu.

Arif pun menyoroti, soal adanya refocusing dan defisit anggaran, yang dinilainya tidak mendasar.

“Defisit tidak begitu. Misalnya begini, saya punya uang Rp100 juta, dituangkan dalam bentuk program yang nilainya sama. Ada uangnya, sekarang apa alasan defisit itu?,” pungkasnya.

“Saya menduga, ada program-program yang dilebihkan atau terjadi kesalahan perhitungan anggaran,” sambung Arif Alkatiri.

Laporan : TIM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *