PARIMO, KONTEKS SULAWESI – Puluhan tahun drainase dibangun di Ibu Kota hingga saat ini belum dilakukan rehabilitasi, hal itu membuat Warga Kelurahan Bantaya, Kecamatan Parigi, kesal dan menyayangkan tindakan super cuek Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang dan Pertanahan (PUPRP) Kabupaten Parigi Moutong (Parimo) Sulawesi Tegah.
Sejak 2 Juli 2002 Parigi Moutong sebagai Kabupaten, Dinas PUPRP harusnya mengevaluasi pembangunan kembali sistem saluran yang tidak mampu menampung debit air disaat musim penghujan.
“Sekarang bukan airnya yang banyak, tetapi drainase sudah rata dengan jalan, makanya rumah habis terendam, tambah lagi Plat Duiker tertutup endapan,” ungkap Saprin kepada media ini, Senin (8/7/2024).
Kata Saprin, Kelurahan Bantaya berada di daerah paling bawah, sehingga debit air dari daerah lain sangat deras dan tidak lagi melewati saluran akibat kerusakan drainase, selain itu, dampak dari rusaknya drainase adalah jalan yang rusak akibat gerusan air.
“Penataan itu penting, ini harus menjadi perhatian Pemda Parigi Moutong, khususnya dinas terkait. Hujan sedikit saja air di saluran pasti meluap,” ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Cipta Karya DPUPRP Kabupaten Parigi Moutong, Saiful mengatakan, pihaknya segera mengantisipasi endapan tersebut untuk menghindari luapan air yang akan menggenangi rumah warga.
“Iya, nanti kami periksa dulu dan langsung ditindak lanjuti keluahan itu, memang merata drainase dalam ibu kota perlu di evaluasi,” kata Saiful saat di temui media ini.
Lanjut kata dia, rusaknya drainase dalam kota faktor akar pohon dan umurnya sudah puluhan tahun, sehinga air membawa lumpur dan pasir ke drainase hingga terjadi endapan.
“Pendangkalan saluran drainase kota terjadi akibat erosi lahan dari daerah pematusan dan dekomposisi limbah padat basah yang masuk ke saluran, jadi kalau dinding rusak maka sampah itu yang menempel sehingga terjadi pemadatan,” pungkasnya.
Laporan : Tommy Noho