PALU, KONTEKS SULAWESI – Pameran khusus koleksi etnografika Sulawesi Tengah (Sulteng) yang berlangsung mulai 6 hingga 10 Agustus 2024, di Gedung Auditorium Museum, Jl Kemiri, Kelurahan Kamonji, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, menampilkan beragam artefak atau peninggalan benda-benda bersejarah.
Kegiatan yang diselenggarakan Dinas Kebudayaan Provinsi Sulteng UPT Taman Budaya dan Museum ini, menampilkan sejumlah objek artefak lengkap dengan deskripsi hingga penggunaannya antara lain senjata tradisional, baju adat, kain tradisional dari kulit kayu, kain tenun, alat musik tradisional, perangkat makan sirih dan lainnya.
“Pameran etnografika ini bertujuan untuk mengoptimalkan peran museum sebagai lembaga pendidikan non formal dalam bidang kebudayaan,” ujar Sekdaprov Sulteng Novalina saat membuka Pameran Etnografika Sulteng 2024, Selasa (6/8).
Selain itu, kata ia, hal ini juga sebagai upaya untuk mengkomunikasikan warisan etnografi guna memberikan kontribusi dalam membangun ekosistem kebudayaan.
Dengan demikian dirinya berpesan kepada Dinas Kebudayaan Sulteng, untuk terus meningkatkan program-program kerja yang bersentuhan dengan upaya pelestarian budaya.
Diantaranya mengangkat dan memperjuangkan situs megalitikum di Lembah Bada, Napu dan Besoa menjadi warisan budaya dunia yang diakui UNESCO.
“Saya berharap pengunjung dapat menggali nilai-nilai keberagaman budaya lokal dalam menghadapi tantangan pembangunan ke depan. Karena kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan kebanggaan masyarakat Sulawesi Tengah terhadap budayanya sendiri,” jelasnya.
Sementara dikesempatan yang sama, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sulteng Andi Kamal Lembah mengatakan, dalam pelaksanaan pameran etnografika pihaknya turut mengundang pelajar, mahasiswa, peneliti, komunitas seni budaya dan masyarakat umum.
“Jika ada hal yang ingin disampaikan, silahkan. Karena museum sangat terbuka menerima sumbang saran konstruktif dari berbagai pihak untuk kemajuan kebudayaan Sulteng,” ungkapnya.
Andi pun berharap, dengan digelarnya pameran ini dapat menstimulasi atau merangsang kunjungan masyarakat ke museum.
“Kegiatan ini tidak memungut biaya alias gratis. Jadi silahkan berkunjung ke museum dan melihat langsung koleksi benda bersejarah di wilayah Sulteng,” pungkasnya.
Laporan : Nur Maulidza