PALU, KONTEKS SULAWESI – Inisiator Festival Tampo Lore, Muhammad Subarkah baru-baru ini mengikuti dialog Interaktif bersama Government Public Relations (GPR) TV Kementerian Komunikasi dan Informatika RI, di Ruang Rapat Dinas Kominfo Santik Provinsi Sulawesi Tengah, Kamis (6/6/2024).
Disiarkan langsung melalui Channel YouTube Kominfo Newsroom, dialog ini mengangkat topik tentang Festival Tampo Lore. Dalam dialog tersebut, Subarkah menyampaikan bahwa Festival Tampo Lore merupakan event yang diadakan Masyarakat Tampo Lore yang mendiami tiga wilayah lembah, diantaranya Lembah Pekurehua, Behoa dan Bada.
“Kami melihat banyak sekali potensi di wilayah Tampo Lore yang sangat perlu untuk dikembangkan. Baik dari sisi ekonomi kreatif, wisata, kebudayaan dan konservasi,” ungkap Subarkah.
Subarkah menyampaikan, Festival Tampo Lore tahun ini merupakan kali ketiga dan akan diadakan di Desa Hanggira, Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso.
“Tahun ini Festival Tampo Lore dilaksanakan di Desa Hanggira, Kecamatan Lore Tengah, disitu terdapat Situs Megalit Pokekea,” ujarnya.
Lebih lanjut Subarkah menjelaskan, untuk mendorong agar ekonomi kreatif bertumbuh, maka perlu ada sebuah event yang kemudian bisa menyatukan semua pihak, salah satunya antara masyarakat adat.
Olehnya dengan dilaksanakannya Festival Tampo Lore, diharapkan bisa menjaga tradisi yang ada dan memberikan pengetahuan kepada masyarakat di Sulawesi Tengah, Nusantara dan Dunia. Sebab, wilayah Tampo Lore sudah dicanangkan sebagai Negeri Seribu Megalit.
“Adapun tema Festival Tampo Lore tahun ini adalah ‘Merajut Tradisi dan Melestarikan Alam’,” jelasnya.
Untuk pelaksanaan nantinya, kata Subarkah, akan mendorong masyarakat sekitar Tampo Lore untuk terlibat aktif dan berpartisipasi dalam menunjukkan eksistensi kebudayaan yang mereka miliki, mulai dari kerajinannya, kulinernya, seni tarinya, bahkan musiknya.
“Yang menjadi salah satu poin di festival tahun ini, dimana kita melihat antara bintang, bulan dan benda langit lainnya yang dikaitkan dengan penghidupan masyarakat di Tampo Lore yang digambarkan dalam situs-situs Megalit,” ungkapnya.
Ia juga menuturkan, bahwa Festival Tampo Lore terbuka secara umum. Bukan hanya untuk masyarakat Indonesia tetapi juga Internasional.
“Karena kami menargetkan dengan adanya Festival ini, masyarakat setempat bisa mendapatkan pendapatan yang lebih daripada sebelumnya,” tuturnya.
Dikatakannya juga, yang menjadi pembeda Festival Tampo Lore kali ini dengan yang sebelumnya, dimana pihak penyelenggara akan mengundang Pakar Arkeolog yang ada di Sulawesi Tengah untuk berkontribusi memberikan literasi kepada masyarakat luas, terkait keterhubungan benda langit, manusia, dan penyimbolan antara Megalit dengan kehidupan masyarakat Tampo Lore tempo dulu.
“Sebelumnya kami berterima kasih kepada Pemprov Sulawesi Tengah termasuk kawan-kawan di Dinas Kominfo Santik dan Dinas Pariwisata, termasuk Dinas Pariwisata Kabupaten Poso. Ini menjadi salah satu bagian yang mesti dilanjutkan oleh berbagai pihak, sehingga kolaborasi itu penting agar festival ini bisa berkelanjutan dan memberikan manfaat kepada masyarakat setempat, pemerintah maupun masyarakat Nusantara,” tutupnya.**