Air Mata Dibawah Kaki Bukit Sibalago, Bertahan Hidup dari Uluran Tangan

oleh -771 Dilihat
oleh
Air Mata Dibawah Kaki Bukit Sibalago, Bertahan Hidup dari Uluran Tangan
Ambo Siang salah satu warga Desa Sibalago, Kecamatan Toribulu saat menunjukan sisa puing-puing tempat tinggalnya pasca diterjang banjir bandang pada Ahad (23/6/2024) lalu. Foto: Tommy Noho/KONTEKSSULAWESI

PARIMO, KONTEKS SULAWESI Masyarakat Dusun III hingga IV Desa Sibalago, Kecamatan Toribulu, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, yang bergerak di sektor pertanian dan tinggal dibawah kaki bukit harus merelakan harta bendanya akibat banjir bandang yang menerjang pada Ahad (23/6/2024) pukul 04.38 dini hari.

Sebelumnya, hujan intensitas tinggi pada pukul 02.00 Wita di Desa Sibalago dan Sienjo, Kecamatan Toribulu, tidak membuat warga khawatir, karena sudah terbiasa dan tidak berharap akan terjadi banjir bandang.

Walhasil, tuhan berkata lain. Dimana peristiwa tersebut membawa duka begitu dalam untuk warga di dua desa di Kecamatan Toribulu. Banjir bandang yang terjadi itu membuat puluhan rumah warga hilang terbawa arus dan tertimbun lumpur, serta sejumlah fasilitas umum rusak berat dan akses jalanpun putus.

Air mata adik dan anak dari Ambo Siang warga desa setempat tak bisa terbendung saat melihat puing-puing rumahnya. Tidak hanya itu, harta benda seperti kenderaan roda dua hingga pakaian serta alat rumah tangga pun tertimbun lumpur, dan sebagian terbawa arus banjir.

“Pada jam 02.00 Wita memang hujan sangat deras, dan kebiasaan kalau hujan sederas apapun kampung ini tidak pernah banjir, paling sekedar mengalir deras di sungai saja, makanya banyak yang tidak lari,” ungkap Ambo Siang kepada media ini, Selasa (25/6/2024).

Dengan nada sedih Ambo Siang bercerita, malam itu ia mengungsikan anaknya ke dataran tinggi. Saat kembali kerumahnya, ia melihat air semakin deras.

Tak lama kemudian, ia menatap tempat tinggalnya itu terbawa banjir sekitar 100 meter dari lokasi dan menghantam rumah warga lainnya. Disitulah rumah Ambo Siang roboh dan menyisahkan baju di badan sendiri.

Kini ia (Ambo Siang) dengan tetangga yang rumahnya juga lenyap di terjang banjir tinggal berharap uluran tangan dari pemerintah serta bantuan warga lainnya, termasuk relawan.

Tidak hanya harta benda, alat pertanian untuk bekerja sebagai penyambung hidup ludes tertimbun lumpur dan tidak diketahui keberadaannya.

Dengan kondisi lesu dan pasrah, ia berharap ada bantuan seperti alat memasak dan tenda untuk menutupi tetesan air dan panasnya matahari. Apabila ia bergeser dari lokasi bencana untuk tinggal pada sanak saudaranya, ia harus menunggu uluran tangan yang datangnya hanya berada di lokasi tersebut.

“Kalau ada bantuan Alhamdulillah, kami sekeluarga tinggal menunggu. Karena kalau kami bergeser, kami dapat apa. Sementara yang ada tinggal sehelai pakaian tersisa dibadan,” ujarnya.

  • Adik dan anak Ambo Siang dari Desa Sibalago, Kecamatan Toribulu, mengumpulkan puing-puing rumah, pakaian, dan alat rumah tangga yang tertimbun lumpur setelah banjir bandang, Selasa (25/6/2024). Foto: Tommy Noho/KONTEKSSULAWESI

Lebih dari 20 tahun Ambo Siang tinggal di Desa Sibalago menghidupi keluarganya dengan bertani. Adanya banjir bandang yang menimpa desa tersebut, ia harus memulai penghidupan baru bersama anak istrinya beserta adik laki-lakinya.

Ia pun kembali meminta kepada khalayak bahwa bantuan yang sangat dibutuhkan berupa kompor, gas, alat masak dan tenda. Ia berharap agar Pejabat Pemerintah Daerah Parigi Moutong tergugah hatinya pada peristiwa ini.

Laporan : Tommy Noho

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *