Buang Anggaran, Warung Kuliner Elit di Lolaro Kumuh dan Mubazir

oleh -1590 Dilihat
oleh
Sepuluh deretan warung kuliner yang menelan anggaran senilai ratusan juta rupiah, salah satu program Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Parigi Moutong menjadi kumuh dan terkesan mubazir. (Foto: Kolase Konteks Sulawesi)

PARIMO, KONTEKS SULAWESI – Sepuluh deretan warung kuliner dengan desain bangunan elit dikawasan pantai Lolaro, Kecamatan Tinombo, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah tidak lagi difungsikan.

Nampak terkesan kumuh dan dinilai mubazir. Deretan bangunan tersebut menelan anggaran senilai ratusan juta rupiah. Berdasarkan penelusuran media ini, diduga kuat deretan bangunan tersebut dikerjakan pada 2021 silam dan merupakan salah satu program Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Parigi Moutong dalam memanfaatkan APBD pada tahun tersebut.

Pantauan sejumlah media, 10 petak bangunan itu, 80 persennya berbahan material kayu, para pengunjung yang ingin ke lokasi dermaga Pantai Lolaro disuguhi dengan bangunan elit dengan desain indah yang berselimutkan rumput pada dinding bangunan.

Akibat ditumbuhi rumput, beberapa dinding diantara bangunan sudah tidak utuh lagi. Sehingga justru memberi kesan kumuh dan buang anggaran senilai ratusan juta rupiah.

Kepada media ini, Ali (35), salah seorang warga Tinombo mengatakan, kondisi memperihatinkan dari sejumlah bangunan tersebut, justru meninggalkan kesan sebuah proyek yang mubazir.

Hal tersebut disampaikan Ali yang seketika menemui media ini, saat sedang mendokumentasikan deretan bangunan tersebut, Jumat pekan kemarin (14/06/2024).

“Ini tidak tahu apa manfaatnya dibangun disini. Tidak tahu bagaimana dipikirkan Pemerintah Daerah (Pemda) kita saat itu, sampai membangun ini. Coba perhatikan, dibangun sangat dekat dengan jalan Trans Sulawesi, yang merupakan jalur lintas antar daerah bahkan provinsi. Dengan kondisi kumuh seperti ini, apakah kita  tidak malu, seakan mempertontonkan proyek yang terkesan tidak ada asas manfaatnya,” tegasnya.

Ia mengungkapkan, bangunan tersebut sudah terbengkalai sekitar tiga tahun terakhir. Sehingga kata ia, kesan mubazir begitu kental melekat dibangunan tersebut.

“Bangunan ini, saat itu hanya terlihat digunakan pada beberapa kegiatan yang dilaksanakan disini (sekitar kawasan pantai Lolaro). Pernah juga hanya sebagai stand untuk pameran. Kalau sudah begini, bukan mubazir namanya bangunan dengan nilai ratusan juta rupiah ini?” pungkasnya.

Laporan: TIM

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *